Nunukan – Upaya meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah pedalaman dan perbatasan terus menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Nunukan. Hal ini kembali ditegaskan oleh Bupati Nunukan, H. Irwan Sabri, saat membuka Lokakarya Perencanaan Desain Pengelolaan Pendidikan di Wilayah Terpencil dan Perbatasan, yang digelar di Kantor Bupati Nunukan, Selasa (28/8).
Lokakarya yang diprakarsai Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan bekerja sama dengan Program Inovasi Strategis ini berlangsung selama dua hari. Pembukaan acara ditandai dengan pemukulan gong oleh Bupati sebagai simbol dimulainya rangkaian kegiatan yang diharapkan mampu merumuskan strategi dan rencana aksi nyata dalam meningkatkan mutu pendidikan di daerah terpencil.
Menurut Bupati Irwan, pemerataan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama visi-misi pemerintah daerah. Pemerintah berkomitmen agar anak-anak di wilayah pedalaman dan perbatasan tidak lagi tertinggal dibandingkan dengan anak-anak di perkotaan.
“Kita ingin memastikan anak-anak di pedalaman dan perbatasan memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak di kota besar. Pendidikan yang adil akan melahirkan generasi Nunukan yang tangguh, cerdas, berkarakter, berdaya saing, serta cinta bangsa dan tanah air,” ujar Irwan dalam sambutannya.
Lokakarya ini menghadirkan berbagai narasumber dari lintas lembaga, di antaranya Tim Inovasi, Bappeda Litbang, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Utara, serta Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan. Kehadiran mereka diharapkan memperkaya diskusi dan memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi berbagai tantangan pendidikan di daerah perbatasan.
Salah satu tantangan utama yang diangkat adalah kesenjangan akses dan kualitas pendidikan di daerah terluar. Banyak sekolah di perbatasan menghadapi keterbatasan guru, sarana, maupun fasilitas belajar yang memadai. Karena itu, diperlukan strategi terintegrasi yang tidak hanya berfokus pada peningkatan kualitas tenaga pendidik, tetapi juga menyangkut penguatan infrastruktur, kurikulum kontekstual, hingga keterlibatan masyarakat setempat.
Dalam kesempatan yang sama, Provincial Manager Inovasi Kalimantan Utara, Agus Prayitno, menyampaikan apresiasi terhadap langkah Pemkab Nunukan. Ia menilai komitmen pemerintah daerah menjadi energi positif dalam mempercepat pemerataan pendidikan.
“Dalam satu tahun terakhir, program Inovasi ini telah menyentuh 47 SD dan 13 MI di Pulau Nunukan dan Sebatik. Program ini melibatkan 60 kepala sekolah, 427 guru kelas awal, dan memberi manfaat langsung bagi hampir 8.000 siswa,” ungkap Agus.
Ia menambahkan, keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan pemerintah daerah serta peran aktif guru yang terus berupaya meningkatkan kapasitas diri.
Lokakarya ini bukan hanya forum diskusi, melainkan juga wadah untuk merancang strategi jangka panjang. Pemerintah Kabupaten Nunukan berharap, hasil dari pertemuan ini dapat melahirkan langkah-langkah nyata yang berkelanjutan demi menciptakan generasi muda perbatasan yang berkualitas dan berdaya saing.
Lebih dari itu, hadirnya program seperti ini memberikan harapan baru bagi banyak orang tua di perbatasan. Mereka berharap anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan yang layak, tanpa harus meninggalkan kampung halaman atau merasa terpinggirkan hanya karena tinggal jauh dari pusat kota.
Seperti disampaikan seorang guru di Kecamatan Sebatik yang turut hadir, ia menaruh harapan besar agar hasil lokakarya benar-benar berdampak nyata.
“Kami di lapangan sering berhadapan dengan keterbatasan. Tapi kalau pemerintah dan semua pihak terus konsisten, kami yakin anak-anak perbatasan tidak akan kalah bersaing dengan anak-anak di kota,” ucapnya penuh optimisme.
Dengan semangat kebersamaan, lokakarya ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam perjalanan pendidikan di Kabupaten Nunukan. Bukan sekadar pertemuan, tetapi langkah nyata menuju mimpi besar: pendidikan yang merata, adil, dan mampu mengangkat masa depan anak-anak perbatasan Indonesia.
Penulis : (Andi Tirta)