TANGERANG – Di tengah gegap gempita peresmian Terminal 2F khusus Haji dan Umrah di Bandara Soekarno-Hatta, Presiden Prabowo Subianto melontarkan sebuah gagasan yang mengundang rasa penasaran sekaligus harapan: membangun perkampungan Indonesia di jantung kota suci Mekkah, hanya sepelemparan batu dari Masjidil Haram.
Bukan sekadar permukiman, gagasan ini adalah simbol dari kerinduan dan kedekatan spiritual jutaan umat Islam Indonesia terhadap Tanah Suci. Prabowo menyebut rencana tersebut sebagai bentuk penguatan layanan dan identitas jemaah haji serta umrah asal Indonesia.
“Kita ingin ada tempat yang mencerminkan kehadiran bangsa kita di sana—bukan hanya untuk ibadah, tetapi juga sebagai bentuk pengabdian, pelayanan, dan persahabatan,” ujarnya penuh semangat.
Rencana ini bukan tanpa tantangan. Mekkah adalah salah satu wilayah dengan regulasi pembangunan paling ketat di dunia. Area sekitar Masjidil Haram dikenal sebagai zona eksklusif yang sangat dilindungi, baik dari sisi kepemilikan lahan, fungsi keagamaan, hingga arsitektur.
Namun, Prabowo tampaknya punya pandangan jangka panjang. “Perkampungan Indonesia” ini diharapkan menjadi tempat tinggal sementara bagi jemaah, pusat kuliner nusantara, serta layanan konsuler dan kesehatan yang mendukung kebutuhan warga negara Indonesia yang datang untuk ibadah.
Gagasan ini juga mencerminkan arah baru hubungan diplomatik Indonesia–Arab Saudi. Bila terealisasi, ini bisa menjadi satu-satunya enklave budaya dan pelayanan haji milik negara asing yang terintegrasi langsung dengan fasilitas ibadah di Mekkah.
Di tengah panasnya cuaca dan padatnya jemaah yang memadati kawasan bandara, lontaran ide ini terasa seperti angin segar. Bagi sebagian orang, ini mungkin terdengar ambisius. Namun bagi jutaan umat Islam Indonesia, ini bisa menjadi bentuk kehadiran bangsa yang lebih dekat, lebih nyata, dan lebih bermakna di tanah yang suci.